Oleh: Rhian D' Kincai
RESAH mengelisah menggeluti pagi, siang dan malam, menatap sengkerut nan tak henti merejam negeri selepas anak bangsa menggulirkan reformasi. Langit maya dipenuhi umpatan, caci maki, fitnah, hoaks, kosa kata tak berbudaya bagai sah jadi komoditi para politisi, demi segala demi, membuat kian kelat dan sepat kopi di tenggorokan saat sarapan, sembari memamah berita televisi nan terkadang tanpa fakta dan jauh dari kebenaran ….
Resah menggelisah membuat malam enggan pejamkan mata. Isak pilu tangis anak negeri nan tak teduh dilanda bencana, selalu saja bersipongang di relung hati, mengiris jiwa di gamang langkah menapak hidup dan kehidupan yang kian sulit diperjuangkan, sementara langit tiada bosan menabur miang. Kebijakan demi kebijakan kian membuat insan papa tercekik, tak mampu berteriak karena bersuara dianggap bising, meski bathin meronta ….
Resah menggelisah mengawang khusyu’ sujud, ikhwal kriminalisasi ulama dan syi’ar bagai dilegitimasi, membuat tengkuk merinding, melebihi phobia pada deras hujan yang tak jarang bermuara petaka, karena bukit dan gunung tak lagi berhutan nan merimba, hingga ruh satwa ganas yang punah dinista alam dan manusia, bermetamorfosa, merasuki jiwa para penguasa bersama kroninya bersimaharaja lela, melakukan apa saja demi langgengnya singgasana ….
Resah menggelisah karena tak bisa berbuat apa-apa, andaipun masih bisa merangkai kata, itupun tak lagi merdeka. Tudingan menyebar ujar kebencian jadi momok, rambu-rambu dan tirani kekuasaan membelenggu hati dan jiwa, dihantui pintu penjara nan selalu menganga dan menjebloskan siapa saja yang diangggap mengancam NKRI, tak Pancasilais versi sang raja, pembisik dan pengikutnya yang selalu saja menebar citra, bahkan di atas puing-puing bencana ….
; Biarlah resah menggelisah, jangan biarkan diriku berpaling dari-Mu, ya Rabb ….
Lubuk Selasih 2159171019