JAKARTA -- Presiden Joko Widodo hadir dalam peringatan hari lahir ke-93 Nahdlatul Ulama (NU) yang digelar di Plenary Hall Jakarta Convention Center (JCC), Kamis (31/1/2019).
Peringatan tersebut mengambil tema "Konsolidasi Jelang Satu Abad" berdirinya NU sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia yang bergerak dalam bidang keagamaan, pendidikan, sosial dan ekonomi.
Mengenakan batik lengan panjang dan peci hitam, Kepala Negara tiba di tempat acara kurang lebih pukul 13.15 WIB. Saat kedatangan, dirinya disambut oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj dan para pengurus NU lainnya baik di tingkat pusat maupun wilayah.
Presiden yang memberikan sambutan dalam acara tersebut mengingatkan bahwa dunia berkembang cepat dengan segala perubahan di berbagai sektor kehidupan. Ditambah dengan hadirnya revolusi industri keempat yang perubahannya dikatakan tiga ribu kali lebih cepat.
"Kita melihat memang perubahan-perubahan sekarang ini begitu cepat. Lanskap ekonomi global berubah, lanskap politik global juga berubah, lanskap sosial global juga berubah," kata Presiden.
Perubahan-perubahan tersebut memang tak bisa dibendung dan harus direspons untuk dapat mengambil manfaatnya, termasuk perkembangan media sosial. Namun, di tengah perkembangan itu, ia mengingatkan akan dampak positif maupun negatifnya.
"Media sosial yang sangat terbuka banyak memberikan manfaat, tetapi juga banyak mudaratnya. Kita lihat akhir-akhir ini di sosial media saling hina, saling mencela, saling ejek, dan saling fitnah semakin menjadi-jadi," ucapnya.
Menurutnya, aktivitas ujaran kebencian dan saling fitnah yang terjadi di media sosial itu disebabkan karena lunturnya kesadaran akan nilai-nilai keagamaan dan etika yang ada. Kepala Negara khawatir hal tersebut dapat menghilangkan karakter asli bangsa Indonesia yang rukun di tengah perbedaan.
"Saya menitipkan (hal itu) karena saya meyakini NU lah yang memiliki komitmen keagamaan sekaligus komitmen kebangsaan yang tidak perlu diragukan lagi," imbuhnya.
Presiden menegaskan, perbedaan-perbedaan itu tak lain merupakan ciri khas yang dimiliki bangsa Indonesia dan tak dimiliki oleh bangsa lainnya. Hal itulah yang mesti selalu dijaga oleh segenap bangsa Indonesia.
"Negara kita ini berbeda dengan negara-negara lain. Keberagaman, perbedaan-perbedaan, dan warna-warni negara kita ini betul-betul telah menjadi sunatullah, menjadi hukum Allah, yang diberikan kepada kita bangsa Indonesia. Inilah yang terus harus kita jaga," ucap Presiden.
Turut mendampingi Presiden dalam acara tersebut, Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Sekretaris Kabinet Pramono Anung dan Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi.
#Jakarta, 31 Januari 2019
#Deputi Bidang Protokol, Pers dan Media Sekretariat Presiden, Bey Machmudin (ede)