Medsos Bikin Sepi Pasar Iklan Mass Media
BANDAR LAMPUNG -- Dewan Pers melaksanakan workshop bertajuk "Bakti untuk Negeri" di Hotel Batiqa, Bandar Lampung, Jumat (24/8/2018) ini.
Dalam kesempatan itu, tampil sebagai pembicara Tony Wijaya, Dosen Universitas Lampung (Unila).
Menurut Tony, media massa hingga saat ini sangat ketergantungan dengan pemasang iklan, namun pemasang saat ini lebih memilih dikelola sendiri.
“Relasi iklan mass media, meliputi perusahaan dan perorangan saat ini mulai memanfaatkan perkembangan teknologi IT untuk berpromosi pada khalayak. Kondisi ini didorong adanya sarana internet dan beragam media sosial. Bahkan ada perusahan yang memilikii divisi komersial sendiri, lalu memanfaatkan medsos untuk mempromosikan produk. Secara perorangan, saat ini medsos juga disemaraki para calon anggota legislatif (caleg) maupun para tim sukses (timses) kelompok politik tertentu," papar Tony.
Fenomena pemanfaatan IT dan medsos sebagai sarana berpromosi bagi perusahaan maupun perorangan dewasa ini, seiring terus bertambahnya jumlah mass media hari ke hari, menurut Tony jelas berpengaruh terhadap kelancaran bisnis mass media, terutama pasar iklannya, menjadi makin sepi.
Yang paling signifikan angka pertambahannya saat ini, tambah Tony, adalah media online. Berdasarkan catatan Dewan Pers, jumlah media online saat ini mencapai 40 ribuan dan tersebar di segenap pelosok tanah air. Alhasil persaingan sesama pebisnis mass media saat ini semakin ketat.
"Ini konsekuensi yang harus dihadapi oleh banyak pihak, baik para pebisnis mass media, pemerintah, pihak swasta maupun orang perorang di era serba dijital," ujar Tony.
(inc/bin)