Rosadi Jamani
- Ketua Satupena Kalbar
DELAPAN local wisdom korupsi sudah saya buatkan. Kurikulum ilmu korupsi juga sudah. Nah, sekarang, bagaimana menyimpan uang hasil korupsi agar aman dan terasa halal. Sambil menunggu Timnas vs Australia, mari kita dalami panduan sukses mencuci uang haram.
Misalkan ente sukses mengumpulkan pundi-pundi uang haram dari proyek fiktif, dana hibah yang tak pernah tiba di tangan penerima, atau markup anggaran negara yang lebih tinggi dari harga sewa pesawat jet pribadi. Namun, tunggu dulu! Ente tidak bisa begitu saja menikmati hasil jerih payah kejahatan ini. Tidak bisa langsung beli vila di Bali, menggelar pesta mewah dengan artis K-Pop.
Ingat, dunia penuh dengan orang-orang iri yang tidak rela melihat ente bahagia. Mereka disebut sebagai PPATK, penyidik pajak dan jurnalis investigasi yang tidak tahu kapan harus berhenti kepo.
Ente butuh strategi. Butuh taktik yang licin seperti belut yang dimandikan minyak bayi. Di sinilah seni sejati money laundering dimulai.
Langkah pertama, mencari tempat perlindungan bagi si uang nakal. Uang ini tidak bisa sembarang disimpan di bawah kasur atau dalam celengan ayam jago. Ia butuh surga. Tempat yang tenang, indah, dan penuh kasih sayang untuk dana hasil jerih payah kejahatan.
Swiss? Sudah saya bahas sebelumnya. Selain Swiss, ada tetangga kita, Singapura. Negara kecil ini siap membuka tangan. Regulasi keuangannya seketat rahasia dapur restoran Michelin. Tentu, bagi yang tahu celah jalan belakangnya.
Bila dirasakan berat di Singapura, Kepulauan Cayman? Itu seperti Disneyland bagi uang haram! Ente bisa menyulap perusahaan fiktif dalam hitungan menit. Keuntungan pajak lebih ramah dari senyum satpam bank.
Panama? Setelah skandal Panama Papers, mereka sedikit lebih waspada. Tapi tetap merupakan tempat hangat dan nyaman bagi pundi-pundi hasil kreatif ente. Atau mungkin Dubai? Di sanalah orang-orang bisa membeli supercar dengan uang tunai dalam koper besar tanpa ada yang bertanya, “Pak, gaji dari mana?”
Setelah uang aman bersembunyi, kini saatnya menjadikannya tampak suci. Seperti lembaran kitab suci yang baru dicetak.
Investasi adalah kuncinya! Properti mewah adalah pilihan favorit. Atau mungkin ente ingin lebih artistik? Beli lukisan abstrak. Lalu jual kembali ke diri sendiri dengan harga tiga kali lipat. Voila! Uang bersih tanpa noda, dengan label “investasi seni.”
Tapi dunia sudah semakin canggih, dan begitu juga para pencuci uang. Kasino masih menjadi metode klasik. Masih ingat ada gubernur yang kedapatan main kasino? Cukup beli chip, main santai, tukarkan kembali ke uang tunai, lalu pulang dengan hati bahagia.
Namun, bagi mereka yang ingin sesuatu yang lebih mutakhir, ada kripto dan NFT. Bayangkan ente membeli gambar pixelated seharga miliaran rupiah, lalu menjualnya ke akun lain yang juga milik ente. Begitu uang berpindah tangan berkali-kali, siapa yang bisa tahu asalnya? Dunia digital benar-benar surga baru bagi mereka yang ingin menjadi kaya tanpa meninggalkan jejak.
Tapi, jangan terlalu jemawa! PPATK adalah iblis kecil yang selalu mengintai di balik layar. Mereka menunggu momen lengah, lalu baam! Seluruh rekening dibekukan, properti disita, dan ente terpaksa mengadakan konferensi pers dengan ekspresi penuh kesedihan, mengaku tidak tahu-menahu tentang uang miliaran yang terselip di rekening pribadi.
Maka dari itu, strategi menghindari PPATK harus dipelajari dengan sepenuh hati. Jangan pernah melakukan transaksi besar tiba-tiba! Tidak ada ceritanya seorang PNS bisa membeli Alphard dalam semalam tanpa dicurigai. Gunakan perantara, lapis transaksi, bagi uang ke dalam potongan kecil, atau lebih baik lagi, gunakan identitas orang lain. Oh, dan satu hal lagi, jangan pamer, flexing!
Akhirnya, satu pertanyaan sering muncul, apakah semua ini akan berhasil? Jawabannya adalah tidak ada kejahatan sempurna. Cepat atau lambat, skema terbaik pun bisa terendus. Bahkan, yang paling licik pun bisa terpeleset.
Tapi, jika ente sudah terlalu dalam di dunia ini, setidaknya lakukan dengan elegan. Jangan seperti amatiran yang panik ketika ada penyelidikan, lalu buru-buru kabur ke luar negeri dengan sandal jepit.
Jika ente benar-benar ingin menikmati hidup dengan tenang, ada satu cara paling ampuh untuk menghindari PPATK, jadilah orang jujur. Konsep yang absurd, memang. Tapi siapa tahu, hidup tenang tanpa dikejar-kejar hukum itu lebih menyenangkan dari terus-menerus melarikan diri dengan rumah kontrakan berpindah-pindah. (*)
#camanewak