ACEHTIMUR, ACEH – Proyek pembangunan Jalan Kuta Binjei – Alue Ie Mirah senilai lebih dari Rp 7,9 miliar menjadi perbincangan hangat setelah mengalami kerusakan hanya berselang dua hari usai pengaspalan.

Warga yang telah lama menantikan perbaikan jalan tersebut merasa kecewa dan menilai pengerjaan proyek tidak sesuai standar.  

Sementara itu, pihak kontraktor dari CV AW Generation berdalih bahwa kerusakan jalan adalah hal wajar dalam proses pengerjaan dan menyebut cuaca sebagai faktor utama.  

Menanggapi keluhan warga dan kritik dari Lembaga Gerakan Rakyat Menggugat (GeRam), perwakilan kontraktor CV AW Generation menyatakan bahwa jalan tersebut masih dalam tahap pemeliharaan.  

"Rusak itu hal biasa dalam pengerjaan proyek jalan. Saat ini masih dalam tahap pemeliharaan," ujar perwakilan Kontraktor AW Generation itu, Rabu (29/1/2025).  

Selain itu, mereka juga menegaskan bahwa proyek tersebut dikerjakan saat musim penghujan, yang berkontribusi terhadap cepatnya kerusakan jalan.  

"Kondisi cuaca saat itu memang kurang mendukung, tetapi kami akan tetap melakukan perbaikan sesuai dengan prosedur," tambahnya.  

Namun, alasan kontraktor ini justru menambah kekecewaan warga. Sejumlah masyarakat yang telah melakukan pemantauan di lapangan menduga bahwa proyek ini tidak dikerjakan sesuai spesifikasi.  

"Jalan ini baru selesai dikerjakan, tapi sudah retak dan rusak di banyak titik. Jika memang proyek ini sesuai standar, seharusnya tidak langsung rusak hanya karena hujan," kata seorang warga yang enggan disebutkan namanya.  

Hal senada disampaikan oleh Koordinator GeRam, Supridar alias Toke Dar yang mengungkapkan bahwa hasil pantauan di lapangan menunjukkan adanya indikasi penggunaan material yang kurang berkualitas.  

"Dari hasil pantauan kami serta laporan masyarakat, kualitas pekerjaan ini tidak sesuai spesifikasi. Campuran materialnya terlalu banyak pasir, sehingga aspal dan beton mudah retak," ungkapnya, Minggu (26/1/2025).  

Toke Dar juga menyoroti metode pengerjaan yang dilakukan pada malam hari dan dalam kondisi hujan, yang menurutnya tidak ideal untuk proyek infrastruktur.  

"Sudah 20 tahun warga menunggu perbaikan jalan ini, tetapi hasilnya mengecewakan. Seharusnya, kontraktor memiliki perencanaan yang matang, termasuk memperhitungkan faktor cuaca," tambahnya.  

Kritik terhadap proyek ini semakin menguat setelah pernyataan kontraktor yang menyebut bahwa kualitas pekerjaan hanya bisa dinilai oleh uji laboratorium, bukan oleh warga.  

"Kalau soal kualitas pekerjaan, itu bukan warga yang bisa menilai, tetapi harus diuji secara teknis oleh pihak lab," ujar perwakilan kontraktor.  

Pernyataan ini justru menambah kemarahan warga. Mereka menuntut adanya audit independen dan investigasi oleh aparat penegak hukum untuk memastikan transparansi proyek.  

"Kami mendesak aparat penegak hukum untuk menyelidiki proyek ini. Jika memang ada indikasi penyimpangan, maka harus ada pertanggungjawaban," tegas warga.  

Di sisi lain, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Aceh Timur memastikan bahwa perbaikan jalan yang mengalami retak sudah masuk dalam agenda perbaikan dan akan segera ditindaklanjuti.  

"Ya, besok diperbaiki. Sudah dikonfirmasi sejak minggu lalu," ujar Kepala Bidang Jalan Dinas PUPR Aceh Timur, Jamal.

Meski demikian, warga berharap perbaikan yang dilakukan tidak sekadar tambal sulam, tetapi benar-benar memastikan kualitas jalan sesuai dengan spesifikasi teknis agar tidak mengalami kerusakan serupa di kemudian hari. 

#kba/bin




 
Top