Puisi L K Ara
Aku menyaksikan
Sungai Pesangan mengalir jernih,
di tepinya pohon kecil bernyanyi,
berayun-ayun bersama angin.
Namun, di kejauhan kudengar
orang-orang sibuk memagari laut,
menebang bambu, menancapkannya ke dasar air.
Mereka sibuk menyusun dinding,
seolah ombak adalah musuh,
seolah laut tak berhak merangkul pantai.
Apakah mereka iri pada sungai kecilku
yang bebas mengalir tanpa batas?
Atau mereka sedang menyulam keinginan lain
yang tak pernah mampu aku pahami?
Kuingat, mereka pun punya sungai,
dan sungai itu bernyanyi seperti punyaku.
Lantas, mengapa harus mencipta sungai baru
di tengah laut lepas?
Mungkin mereka lupa,
laut adalah ibu yang sabar,
yang tak perlu dipagari.
Namun, apa dayaku?
Aku hanya pengamat yang tak bersuara,
menyaksikan dinding itu berdiri,
mengurung gelombang yang tak pernah berniat melawan.
Saat bambu itu berdiri angkuh,
aku bertanya dalam diam:
Akankah laut tetap bernyanyi,
atau bisu oleh dinding yang mereka bangun?
Aku ingin berteriak,
tapi aku tahu,
laut lebih tahu dari aku,
bahwa ia tak perlu dinding,
hanya cinta akan menuntunnya kembali.
Seperti sungai jernih
menyatu dengan langit tak pernah terhalang.
Ya Allah,
Bimbing kami agar tak membangun dinding
menghalangi rahmat-Mu,
menghalangi hidup yang seharusnya mengalir bebas
seperti sungai yang Kau ciptakan.
Kalanareh , 16 Januari 2025
@hatipena