Oleh: Khaira Alfatih (1710512002) #
SUMATERA BARAT merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. Salah satu kekuatan dalam pengembangan sektor pariwisata di Sumatera Barat adalah tersedianya daya tarik wisata, baik alam maupun budaya sebagaimana yang tercantum di dalam Rencana Strategis Dinas Pariwista Sumatera Barat Tahun 2016-2021.
Pada tahun 2018, perekonomian Sumatera Barat (Sumbar) tumbuh sebesar 5,14% (yoy) atau sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2017 yang sebesar 5,29% (yoy). Perlambatan tersebut bersumber dari berlanjutnya tren penurunan pertumbuhan investasi dan kontraksi ekspor Sumbar yang cukup dalam. Dalam hal ini, sektor pariwisata diyakini mampu menjadi salah satu sektor yang dapat dijadikan sebagai sumber ekonomi baru untuk mendorong pertumbuhan di masa mendatang.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumatera Barat, Wahyu Purnama A, mengatakan bahwa sektor pariwisata diproyeksikan dapat mengubah tren perlambatan pertumbuhan ekonomi yang tengah terjadi apabila dikerjakan dengan serius.
Sumatera Barat sudah memiliki modal yang kuat untuk membangun dan mengembangkan sektor pariwisata halal (halal tourism), salah satunya karena kekayaan budaya, terutama kulinernya yang tidak perlu diragukan lagi kelezatan dan keunggulannya. Makanan khas Sumatera Barat, rendang misalnya, selama 4 tahun berturut-turut dinobatkan sebagai makanan terlezat di dunia, yang salah satunya menurut CNN Travels 2017.
Selain itu, Sumatera Barat juga berhasil menjuarai World’s Best Halal Culinary Destination dan World’s Best Halal Destination pada gelaran World Halal Tourism Award 2016 di Abu Dhabi.
Di sisi lain, keasrian alam dan budaya Minang Kabau yang masih kental, serta penduduknya yang mayoritas memeluk agama Islam dan memegang falsafah hidup Adat Basandi Sarak, Sarak Basandi Kitabullah merupakan modal yang kuat bagi pengembangan pariwisata halal di Sumatera Barat.
Melihat potensi-potensi tersebut, maka tidak heran jika Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat Terpilih Periode 2016-2021 telah merumuskan visi dan misi yang salah satu tujuannya adalah untuk menjadikan Sumatera Barat sebagai destinasi utama pariwisata berbasis agama dan budaya dengan sasaran meningkatnya kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara.
Konsep wisata halal menjadi tren tersendiri dalam pengembangan sektor pariwisata di berbagai negara di dunia dan daerah di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Hal itu disebabkan oleh pesatnya pertumbuhan perjalanan halal global yang didorong oleh beberapa faktor, salah satunya adalah populasi penduduk muslim dunia yang tumbuh pesat dan diperkirakan akan mencapai 2,8 miliar atau setara dengan satu dari tiga orang di seluruh dunia akan mempraktikkan agama Islam pada tahun 2050. Pertumbuhan muslim middle class juga meningkat, terutama di destinasi dengan populasi muslim yang besar seperti Indonesia dan Malaysia.
Perkembangan lain seperti meningkatnya kelas muslim profesional yang terampil dari Eropa Barat dan Amerika Utara, serta peningkatan wanita muslim perkotaan di seluruh dunia akan memberikan dampak ekonomi yang kuat di basis konsumen muslim yang besar tersebut.
Selain itu, pertumbuhan populasi muslim juga merupakan segmen termuda dari semua kelompok agama besar lainnya dengan usia rata-rata 24 tahun pada tahun 2015. Indonesia sendiri menempati urutan keenam dalam Top 30 Muslim Outbound Markets dan menempati urutan kedua setelah Malaysia dalam Top 10 OIC Destinations menurut Global Muslim Travel Index (GMTI) 2018.
Melihat faktor-faktor tersebut dan mempertimbangkan potensi yang dimiliki, maka sudah seharusnya Sumatera Barat ikut ambil bagian dalam mengembangkan pariwisata halal dan menjadi salah satu destinasi tujuan wisata halal di Indonesia.
Menurut Moslem Millennial Travel Report (MMTR) 2017, konsumen utama di pasar wisata halal dunia adalah kelompok muslim milenial dengan usia rata-rata di bawah 30 tahun pada tahun 2010 dan 15-29 tahun pada tahun 2030.
Menurut laporan yang sama, total pengeluaran yang dilakukan oleh wisatawan muslim milenial bisa melebihi US$100 miliar pada tahun 2025 dan itu jelas merupakan peluang pasar yang amat sayang untuk dilewatkan. Lalu apa yang harus dilakukan agar Sumatera Barat dapat dilirik sebagai salah satu daerah tujuan wisata oleh wisatawan muslim milenial dan ikut ambil bagian dalam pasar yang besar tersebut?
Menurut MMRT 2017, pola tren Muslim Millennial Travel (MMT) dapat dirumuskan menjadi 3A, yaitu Authentic, Affordable, dan Accessible. Menurut hasil survey MMTR 2017, urutan dua teratas dari sepuluh alasan yang mendorong wisatawan muslim milenial melakukan perjalanan wisata adalah untuk berlibur dan merasakan langsung kebudayaan lokal daerah tujuan wisata (authentic), termasuk kuliner lokal.
Untuk dua alasan itu Sumatera Barat kiranya sudah memiliki modal yang cukup menjanjikan. Seperti yang dijelaskan di awal tadi, Sumatera Barat memiliki banyak makanan khas untuk dieksplorasi dan kebudayaan yang masih terjaga, dimana keduanya berkembang dan dilestarikan di tengah-tengah masyarakat minang yang memegang teguh nilai-nilai keislaman. Untuk masalah akomodasi dan transportasi, generasi millenial selalu memperhatikan keterjangkauan harga dan akses yang mudah dengan fasilitas yang muslim friendly tentunya. Dalam hal ini, untuk mempermudah mobilitas wisatawan dari satu objek wisata ke objek wisata lainnya perlu dibentuk sebuah kawasan wisata yang terintegrasi antar destinasi wisata di Sumatera Barat melalui layanan transportasi yang mudah dan murah.
Mengingat sebagian besar populasi muslim yang akan mendominasi sektor perjalanan halal merupakan generasi milenial, maka inovasi memiliki peran penting dalam pengembangan pariwisata halal, terutama yang menyangkut teknologi. Bagi generasi milenial, teknologi merupakan bagian penting dalam kehidupan dan oleh karena itu setiap komponen rantai pariwisata halal harus mampu merangkul fakta tersebut. MMTR 2018 melihat adanya keterkaitan erat anatara beberapa perilaku spesifik dari wisatawan muslim milenial dengan teknologi dan internet. Seperti dalam hal merencanakan perjalanan, milenial akan mengandalkan media sosial dan ulasan online, mencari dan menonton vidio destinasi tujuan wisata yang ingin dikunjungi, serta mengikuti ulasan dari para influencer dan traveler untuk kemudian dijadikan sebagai refensi. Pola perjalanan yang dilakukan milenial menunjukkan kecenderungan untuk melakukan booking online (penerbangan, transportasi, akomodasi dan makanan). Dalam berwisata, milenial juga menunjukkan perilaku yang ingin selalu terkoneksi dengan internet. Kebutuhan dasar wisatawan muslim milenial adalah menemukan fasilitas yang muslim friendly, menggunakan online prayers tools dan kemudahan untuk menemukan makanan halal secara online. Selama berwisata dan setelahnya, generasi milenial akan selalu membagikan pengalaman, baik dengan meninggalkan ulasan online, merekomendasikan tempat wisata kepada warga net serta berbagi foto dan video perjalanan wisata di jejaring media sosial.
Melihat begitu tidak dapat dipisahkannya generasi ini dari internet, maka salah satu cara untuk mendongkrak popularitas dan membuat Sumatera Barat dapat dilirik sebagai dearah tujuan wisata halal adalah dengan mengembangkan kepariwisataan halal yang berbasis e-tourism.
Konsep e-tourism pada dasarnya merupakan konsep yang masih baru dan belum mendapatkan perhatian lebih dari berbagai pihak yang bergerak dalam bidang pariwisata, khususnya di sumatera Barat. Meskipun dalam pengembangan pariwisata, penekanan terhadap pemanfaatan Internet sudah tinggi, namun hal ini tidak dibarengi dengan platform internet tersebut sebagai alatnya.
Di era perkembangan internet yang pesat dan penggunaan smartphone yang tumbuh cepat, para wisatawan jaman now lebih senang mencari informasi mengenai daerah-daerah tujuan wisata menarik dan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam perjalana wisata secara mandiri melalui internet daripada harus menggunakan jasa biro-biro perjalanan wisata, sehingga mereka dapat menghemat biaya dan meyakinkan diri sendiri bahwa produk yang mereka pilih merupakan yang terbaik dan sesuai dengan prefensi dan kebutuhan mereka.
Oleh karena itu, untuk dapat dikenal dan bersaing secara global, sudah merupakan sebuah keharusan bagi suatu daerah tujuan wisata untuk memiliki platform online-nya sendiri. Jika mengutip dari pernyataan Santosa (2004), yang menyatakan bahwa “if you are not online, then you are not on-sale. If your destination is not on the Web then it may well be ignored by the millions of people who now have access to the internet and who expect that every destination will have a comprehensive presence on the Web. The Web is the new destination marketing battleground and if you are not in there fighting then you cannot expect to win the battle for tourist dollars”. Berdasarkan hal tersebut, terlihat bahwa peran internet melalui e-tourism sangat penting dan perlu diperhatikan secara serius dalam pengembangan pariwisata halal di Sumatera Barat.
E-tourism (electronic tourism) adalah bagian dari e-commerce (electronic commerce) yang menyatukan salah satu teknologi pengembangan tercepat, seperti telekomunikasi dan informasi teknologi dengan industri perhotelan, trasportasi, restoran dalam manajemen, pemasaran, dan perencanaan strategis. E-tourism melibatkan konsumen dalam aspek e-information, e-booking dan e-payment.
Dengan adanya akses tanpa batas dan biaya yang lebih rendah (daripada dengan cara konvensional) dalam satu platform e-tourism, maka pasar dapat difokuskan pada pasar yang lebih global dan pembukaan jaringan perdagangan yang lebih luas.
Usaha-usaha kecil dan menengah yang bergerak di sektor pariwisata diharapkan juga dapat ikut terlibat dalam platform e-tourism ini, sehingga dampak ekonominya dapat menyentuh semua pihak dalam sektor pariwisata. Dalam rangka mendukung pengembangan pariwisata halal, maka platform e-tourism, baik itu berupa aplikasi smartphone maupun portal website akan memuat aspek-aspek informasi destinasi wisata halal, pemesanaan hotel halal, penginapan halal, homestay halal dan akomodasi halal lainnya yang muslim friendly dengan metode pembayaran yang syariah, serta memuat peta kawasan wisata halal dan fitur lainnya. Dengan demikian e-tourism dipandang dapat membantu daerah dalam mengoptimalkan potensi-potensi yang belum dimanfaatkan selama ini sebagai peluang dalam pembangunan pariwisata halal.
Sumatera Barat sebenarnya sudah memiliki platform e-tourism sendiri. Namun, hingga saat ini, platform yang berupa website tersebut belum sampai memenuhi aspek yang paling utama, yaitu memberikan informasi dan kepastian bagi wisatawan, terutama wisatawaan muslim ketika memilih untuk berkunjung ke salah satu destinasi wisata halal yang ada. Misalnya dalam kategori objek wisata, informasi yang disajikan sangat sederhana dan tidak memberikan kepastian bagi wisatawan yang berkunjung karena tidak adanya informasi tentang bagaimana cara menuju objek wisata yang bersangkutan, jarak, waktu, apakah dapat diakses dengan transportasi darat, udara maupun laut, serta informasi lebih lanjut lainnya.
Selain itu, website pariwisata Sumatera Barat juga belum memenuhi aspek e-tourism lainnya, yaitu e-booking dan e-payment. Meskipun telah terjadi pemanfaatan internet dalam pengembangan pariwisata halal di Sumatera barat, namun belum terlihat pola pengembangan pariwisata halal berbasis e-tourism yang terpadu. Padahal, jika website e-tourism dapat diintegrasikan dengan aspek e-booking dan e-payment, serta dapat terhubung langsung dengan penyedia layanan wisata, baik itu hotel, penginapan, pengelola tempat wisata, atau bahkan masyarakat yang mengelola homestay dan rumah atau kendaraan untuk disewakan, hal tersebut tentu juga dapat berdampak terhadap perekonomian masyarakat. Sedangkan dari sisi konsumen, hal itu dapat memudahkan wisatawan dalam merencanakan perjalanan dan memilih destinasi tujuan wisata, akomodasi, transportasi yang sesuai dengan referensi individu, serta memperkirakan harga atau biaya yang harus dikeluarkan.
Promosi Lewat Media Online dan Medsos
E-tourism juga mencangkup aspek promosi secara online. Untuk menarik perhatian wisatawan pada era serba digital seperti saat ini, promosi secara konvensional saja tidak cukup. Apalagi jika ingin membidik target pasar wisatawan milenial, maka promosi melalui media online lah yang harus lebih ditekankan. Memperbanyak tulisan, ulasan dan artikel seputar pariwisata halal di Sumatera Barat akan sangat membantuuntuk menaikkan popolaritas pariwisata halal Sumatera Barat di dunia maya dan mempermudah para calon wisatawan untuk memperoleh informasi.
Di samping itu, promosi di media sosial juga sangat penting, salah satu bentuknya adalah dengaan cara mensosialisasikan kepada masyarakat untuk mem-booming-kan tagar “Teste of Padang” sebagai branding pariwisata Sumatera Barat.
Kehadiran e-tourism yang terpadu untuk merebut pasar wisatawan muslim milenial dunia sekaligus meningkatkan pendapatan sektor pariwisata sangatlah penting.
Pengoptimalan potensi pariwisata tidak hanya dilakukan dengan pembenahan lokasi maupun objek wisata, namun harus diikuti dengan pemafaatan teknologi internet dalam hal promosi serta pemesanan langsung oleh wisatawan.
Muslim Milenial sebagai penggerak utama sektor pariwisata halal dunia merupakan generasi yang dinamis dan tidak dapat dipisahkan dengan teknologi. Oleh karena itu strategi yang digunakan dalam pengembangan kepariwisataan halal di Sumatera Barat haruslah juga dinamis dengan teknologi yang dapat menjangkau pasarwisatawan muslim milenial global. Untuk itu, ivestasi dalam meningkatkan infranstruktur fisik saja tidak cukup, pemerintah daerah juga harus berani berinvestasi cukup besar pada pengembangan infrastruktur lunak di dunia maya agar Sumatera Barat dapat dilirik oleh wisatawan muslim milenial dan ikut ambil bagian dalam pasar pariwisata halal dunia.
# Penulis adalah mahasiswi Fakultas Ekonomi Universitas Andalas
Klik: https://unand.academia.edu/KhairaAlfatih