![]() |
f: dok.Rijal IC |
Selepas rutinitas mengantar kue basah ke warung-warung, janda beranak dua asal Kabupaten Padang Pariaman ini bergegas pula menuju sejumlah rumah tetangga untuk melakoni aktivitas lanjut sebagai buruh cuci.
"Dalam kondisi saat ini, mau tak mau semua musti dilakoni. Jika tidak, sulit rasanya menutupi biaya hidup yang semakin tinggi. Kalau sekedar mengharapkan penghasilan dari membuat kue basah, saya merasakan sendiri kalau itu tidak cukup. Jadi musti rangkap jadi buruh cuci," papar perempuan bernama lengkap Liza Novianti ketika dijumpai www.sumatrazone.co.id di sela rutinitas mengantar kue basah ke warung-warung, Selasa (17/9/2019) pagi.
Warga Kelurahan Rawang, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat ini mengaku omset penjualan nya sejak beberapa tahun belakangan turun sangat drastis. Kini penjualannya rata-rata hanya habis 60 kue per hari, dengan keuntungan yang didapat sebesar Rp.20 ribu.
"Nan pantiang halal dan tatap rajin bausaho pak," ujar ibu muda berperawakan kurus itu sambil sesekali melirik dan mengelus anak laki-lakinya yang masih balita.
Selaku pembuat kue basah, ia tak menampik jika rasa puas dan senang yang ia rasakan salah satunya adalah ketika "lamang baluo" bikinannya ludes dinikmati dan disantap oleh banyak orang. Artinya selain cita rasanya Alhamdulillah tidaklah mengecewakan, terselip pula sedikit rezeki untuk dirinya dan para pemilik warung yang telah berlapang hati menerima titipan kue basah bikinannya.
Soal rutinitas membuat dan menjual kue basah, ia mengaku usaha tersebut sudah dilakoni secara turun menurun.
(jal/ede)